[Review] Drama Korea - When the Camellia Blooms / 동백꽃 필 무렵 (Pemborong 2019 KBS Drama Award!!!)

GONG HYO-JIN ENGGAK PERNAH MENGECEWAKAN!!!!
Sejak Jealousy Incarnate tahun 2016 lalu, aku benar-benar menantikan comeback drama korea aktris yang usianya udah enggak muda lagi ini. Begitu dengar kabar kalau ia akan membintangi When the Camellia Blooms bareng Kang Ha-neul, aku langsung excited! Dari sekian drama yang aku nontonnya barengan sama drama ini, hanya drama inilah yang bisa aku tonton sampai habis dan kutunggu-tunggu banget setiap minggunya. Habisnya, konfliknya itu loh, bikin terus penasaran dan selalu ada 'warna'-warna baru di tiap episodenya.

Aku bahkan sampai enggak rela menonton episode terakhir drama ini, loh. Enggak nyangka akhirnya tamat juga :') Coba tonton dulu trailernya.

Dari trailernya, teman-teman pasti bisa melihat bagaimana heartwarming-nya karakter Hwang Yong-sik (diperankan Kang Ha-neul) dan lugu-polos-manisnya Dongbaek (diperankan Gong Hyo-jin). Pun dengan sinematografinya yang memanjakan mata. Belum lagi dengan konflik yang 'enggak biasa'. Sederhananya, drama ini menceritakan tentang kehidupan ibu tunggal di perkampungan dengan segala cibiran, romansa, hingga ancaman kelangsungan nyawanya.

Drama ini enggak berat untuk ditonton karena kejadiannya relate dengan society saat ini... walaupun setting terbanyak di drama ini adalah perkampungan Ongsan. Drama ini juga memuat banyak sekali value tentang hubungan antar manusia dengan manusia, cocok ditonton sebagai referensi, melihat perilaku masyarakat yang mungkin belum pernah kalian lihat di dunia nyata. Jalannya drama ini juga ngalir dan di beberapa bagian, kadang menegangkan juga.
Di episode-episode awal, drama ini menggunakan pola non linier, yang berarti ada waktu dalam adegan yang dimainkan di sana. Film dibuka di masa depan, saat Hwang Yong-sik dan kawanan polisi lainnya menemukan mayat tenggelam di danau Ongsan. Mayat yang ditemukan tidak serta merta diperlihatkan sehingga memancing keinginan penonton hingga penasaran. Kemudian drama kembali bercerita ke waktu sekarang, di mana Dongbaek mulai pindah dan hidup ke Ongsan hingga enam tahun lamanya, hingga anaknya, Kang Pil-gu, berumur delapan tahun. Alur terus maju-mundur hingga sampai di episode ketika akhirnya diketahui siapakah sebenarnya identitas mayat yang tenggelam di danau.
Aku suka drama ini karena membahas kehidupan dari sisi seorang ibu muda tunggal dengan amat kompleks dan logis. Orang seperti Dongbaek yang serba tidak beruntung punya anak tapi tidak menikah, dibuang oleh ibu kandungnya saat kecil dan tidak punya keluarga  sangat tepat untuk menjadi pemeran utama dalam film ini. Permasalahan-permasalahan kecil di hidupnya seperti direndahkan tetangga perkampungan yang warganya akrab banget satu sama lain, berjuang menghidupi putranya seorang diri dengan membuka bar di 'kampung' kepiting rendam (which is inilah yang bikin dia makin dicibir, karena suami-suami mereka jadi seneng main ke barnya Dongbaek), dan juga karena.... Dongbaek MASIH SINGLE DAN CANTIK walaupun udah punya anak satu. Itulah yang membuat aku sebagai penonton akhirnya bersimpati dengan Dongbaek.
Drama ini enggak akan tercipta (dengan baik) kalau saja kehidupan Dongbaek mentok disana-sana saja. Dalam drama ini, diceritakan kejadian-kejadian yang 'tiba-tiba saja' menimpa Dongbaek dalam satu waktu. Bertemu (dan akhirnya juga dikejar-kejar) ayah biologis (Kang Jong-ryeol) dari anaknya (Kang Pil-gu), Ibu yang dulu membuangnya (Jo Jeong-suk) tiba-tiba hadir di Ongsan dan mederita demensia, diteror oleh pembunuh berantai yang menamai dirinya "pengusil", hingga ditaksir setengah mati oleh Hwang Yong-sik, polisi pemuda asli Ongsan yang baru balik lagi setelah sebelumnya bertugas di luar kota. Diselingi dengan permasalahannya di Ongsan yang sejak dulu sudah ia alami, jadilah drama ini yang enggak ada bosannya menceritakan perjuangan Dongbaek (dan karakter lain juga!).
Bagiku, hal yang paling menarik di drama ini adalah karakternya yang banyak dan masing-masing memiliki latar belakangnya sendiri. Selain tokoh utama Dongbaek, Hwang Yong-sik juga sangat menarik di drama ini karena ganteng karena sikapnya yang ingin menjadi 'bak pahlawan' bagi Dongbaek, namun perjalanannya tak selalu mulus. Ia menyadari bahwa pada beberapa saat, ia tak berhak ikut mencampuri kehidupan Dongbaek. Bagiku, Hwang Yong-sik adalah best man ever... setidaknya di k-drama, karena sikapnya yang selalu sabar menghadapi Dongbaek (dan juga orang lain di sekitarnya), mencoba mengerti keadaan Dongbaek, selalu mengiriminya bunga tiap hari (dan berhenti karena Dongbaek yang menyuruh) hingga rela melakukan apa saja demi Dongbaek yang lebih bahagia. Hwang Yong-sik mendekati Dongbaek tidak dengan modal rayuan saja, tapi juga rasa ingin tahunya yang besar kepada Dongbaek dan usaha yang lebih maksimal, bahkan rela mengantar Dongbaek ke pasar setiap hari kamis pagi.
Dalam drama ini juga diceritakan bagaimana Dongbaek dulu, saat masih mengandung Kang Pil-gu, betapa egoisnya ia dan merasa bahwa semuanya bisa ia lakukan sendiri, sehingga tidak memberitahu pacarnya saat itu, Kang Jong-ryeol, bahwa ia hamil; dengan alasan tidak ingin mengganggu karir baseballnya. 

Kang Jong-ryeol (diperankan Kim Ji-suk) diceritakan rela bolak balik Seoul-Ongsan demi menemui anaknya, Kang Pil-gu. Ia pun juga mengejar Dongbaek agar mau kembali padanya. Seketika perasaan Jong-ryeol bersemi dan lupa bahwa ia sudah memiliki istri (Jessica) dan anak perempuan bernama Rebecca. Ini terjadi karena ia sendiri tidak merasa bahagia dengan pernikahannya. 
Tentu saja tokoh yang juga patut diapresiasi adalah Kang Pil-gu (diperankan Kim Kang-hoon)! Ia adalah tokoh yang menjadi 'penghalang' hubungan antara Dongbaek dan Hwang Yong-sik. Dari penokohannya, kita sebagai penonton bisa merasakan bagaimana seorang anak umur 8 tahun merasakan betul dampak dari memiliki seorang ibu tunggal, dan memaksanya untuk berpikir dewasa lebih cepat. Iya... supaya bisa mengerti apa yang sebenarnya terjadi antara Dongbaek, Hwang Yong-sik, dan juga Kang Jong-ryeol.

Selain tokoh-tokoh tersebut, aku juga suka bagaimana karakter Kwak Deok-sun (ibu dari Hwang Yong-sik) yang awalnya merupakan satu-satunya teman Dongbaek, menjadi menjauh karena tidak menyetujui hubungan keduanya. Mereka dulunya dekat pun karena Nyonya Kwak juga adalah seorang janda yang membesarkan tiga putranya. Kemudian tokoh Hyang-mi (diperankan Son Dam-bi) yang di awal-awal episode kesannya rese banget, jadi menarik simpati pada menjelang akhir episode. Pun dengan tokoh Helena, bule yang kerja paruh waktu di restoran kepiting rendam milik Nyonya Kwak, yang karena ia bule, jadi tidak peduli dan ikut-ikutan bergosip dengan warga lainnya.
Walaupun kesan di awal, para tetangga adalah sosok yang menyebalkan (karena suka merendahkan Dongbaek), namun sikap tersebut ternyata sebenarnya berbuah dari rasa ingin mengenal lebih dekat dengan Dongbaek yang selalu menutup diri, sehingga para tetangga menganggap Dongbaek sombong. Buktinya, saat Dongbaek mulai membuka diri, para tetangga pun juga mulai bersimpati dan senang dengan Dongbaek. Begitu pula dengan suami istri No Gyu-tae  Hong Ja-yeong yang merupakan pasutri paling makmur dan terpandang di Ongsan.
Warga Ongsan sangat beruntung memiliki polisi yang bekerja keras, terutama saat upaya penangkapan 'pengusil' si pembunuh berantai yang mengincar Dongbaek sebagai korban selanjutnya. Entah kenapa, seragam polisinya matching banget dengan suasana Ongsan yang haru-biru dan dekat dengan danau. Si 'pengusil' mengambil peran besar dalam drama ini, karena untuk memiliki Dongbaek sepenuhnya, Hwang Yong-sik bertekad untuk menangkap 'pengusil' terlebih dahulu.
Selain ragam karakternya, hal menarik dari drama ini juga dilihat dari sinematografinya yang rapi. Aku sangat suka dengan cara sutradara (dan tim lainnya!) mengkemas desa Ongsan hingga menjadi perkampungan yang enak dilihat, bangunannya yang saling berdekatan, serta bagaimana setiap tokohnya yang merupakan warga asli Ongsan sudah dibekali dengan aksen khas Ongsan yang membuatnya terlihat berbeda (terutama aksen Ongsan-nya Yong-sik!!); dan ternyata sutradara dari When the Camellia Blooms ini adalah Cha Young-hoon, sutradara yang sama dengan Are You Human? (2018). Pantas, aku suka!

Aku selalu teringat bahwa drama ini banyak menampilkan unsur warna ungu-biru-coklat di set perkampungan Ongsan. Pada drama ini juga mengambil gambar dengan berbagai komposisi sehingga terkesan tidak monoton, dan penonton bisa terasa ikut 'masuk' dan menikmati suasana Ongsan lewat gambar yang ditampilkan.
Dalam drama ini, setidaknya kita bisa memetik pelajaran dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan tiap karakter. Seperti hubungan Dongbaek-Kang Jong-ryeol, Hwang Yong-sik dengan ibunya, hingga hubungan pasutri No Gyu-tae dan Hong Ja-yeong. Hal yang bisa aku tangkap dari keseluruhan drama ini adalah sendiri kita bisa, bersama kita makin kuat. Walaupun hingga kini Dongbaek bisa merawat Kang Pil-gu seorang diri, namun ia masih tetap memerlukan sosok laki-laki. Begitu pula dengan akhir penangkapan si 'pengusil' yang meresahkan Ongsan, ketika semua warga mengerahkan keahliannya masing-masing, serta saat menyelamatkan ibu Dongbaek. Sungguh hubungan antar manusia yang indah, kuharap akan lebih indah bila semua keindahan itu terjadi di dunia nyata. Cheers!

Posting Komentar

0 Komentar